Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi Nyata Modul 1.1 Filosifi Pendidikan Ki Hajar Dewantara



 

A.  Latar Belakang

Sebagai seorang guru sebenarnya harus menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki karakteristik yang berbeda. Mereka terlahir sudah membawa keunikannya masing-masing, serta tumbuh dan berkembang di lingkungan yang berbeda-beda pula. Namun dalam pembelajaran, kerap kali kita berupaya untuk menyeragamkan mereka. Kita memberikan perlakuan yang sama dan menuntut hal yang sama pada setiap murid yang kita ajar. Tuntutan yang tidak bisa dipenuhi oleh murid biasanya membuat kita jengkel dan memberi label pada mereka sebagai anak yang malas, bandel, nakal, dan sejenisnya.

Sebagai seorang guru, sangat sering kita mendominasi proses pembelajaran. Serta menganggap bahwa jika murid diberikan ceramah, maka mereka akan memahaminya. Kita juga memiliki anggapan bahwa jika murid duduk dengan tenang, penuh disiplin mendengarkan ceramah guru, kemudian diakhiri dengan mendapat skor ulangan yang tinggi adalah sebuah keberhasilan. Tidak terpikirkan bahwa dalam proses membangun pengetahuan, ada nilai yang mesti ditanamkan, ada karakter yang perlu diperkuat. Asalkan skor ulangan yang diperoleh tinggi, seringkali guru sudah merasa puas.

Filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara, mengajarkan bahwa tugas guru bukanlah menuntut melainkan menuntun. Menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, guna mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Belajar hendaknya membebaskan bukan paksaan untuk memenuhi tuntutan. Jika murid belajar, maka dialah yang bertanggung jawab untuk membangun pengetahuan pada dirinya. Guru hanyalah sebagai fasilitator, memfasilitasi murid agar dapat belajar sesuai karakteristiknya masing-masing. Guru hendaknya memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid dalam berkolaborasi membangun pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran harus benar-benar berpusat pada murid.

Pandemi Covid-19 memaksa pembelajaran jarak jauh diberlakukan. Hal ini dilakukan agar sekolah tidak menjadi tempat penularan dari Covid-19. Banyak kendala dan tantangan tentunya yang dihadapi oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran jarak jauh (online). Kondisi yang berangsur-angsur membaik, membuat pemerintah mulai mengijinkan sekolah untuk mengadakan pertemuan tatap muka terbatas (PTMT). Namun kondisi yang terbatas, terutama dari segi waktu, menuntut guru harus menentukan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Apalagi dalam mata pelajaran fisika terdapat materi-materi pada kompetensi dasar keterampilan yang menuntut pembelajaran praktikum.

Di kelas XI pada semester 1, terdapat materi tentang elastisitas bahan, yang menuntut siswa untuk dapat melakukan percobaan. Terbatasnya waktu dalam PTMT membuat percobaan di laboratorium riil menjadi terkendala. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang tetap berpusat pada murid, dalam pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Bebandem, memanfaatkan laboratorium virtual atau laboratorium maya.

 

 

B.  Rencana Aksi Nyata

Menyadari kondisi seperti yang dipaparkan di atas dan hasil refleksi terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara, rencana aksi nyata yang akan dilakukan adalah “wujudkan pembelajaran berpusat pada murid melalui pemanfaatan laboratorium maya”. Adapun hal-hal yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana aksi nyata tersebut, yaitu sebagai berikut.

1)   Mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dan menghindari pembelajaran full ceramah.

2)   Mulai belajar untuk menempatkan diri sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, memfasilitasi murid agar mereka sendiri yang berhasil mengkonstruksi pengetahuannya.

3)   Berupaya membumikan merdeka belajar, menumbuhkan kesadaran pada murid bahwa belajar bisa darimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Mereka bisa menggali informasi/pengetahuan dari berbagai bentuk sumber belajar, baik video, foto, teks, maupun lingkungan alam sekitar.

4)   Mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan metode pembelajaran yang variatif.

5)   Menyisipkan pendidikan budi pekerti melalui konsep Tri Hita Karana sebagai kearifan budaya lokal yang sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara

6)   Merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dapat mewujudkan profil pelajar pancasila, yaitu (1) Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, (2) Kreatif, (3) Gotong Royong, (4) Berkebhinekaan Global, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Mandiri.

 

C.  Deskripsi Aksi Nyata

Sesuai latar belakang di atas, aksi nyata yang dilakukan adalah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan laboratorium maya untuk kegiatan praktikum, dimana secara garis besar proses pembelajaran dipandu dengan model pembelajaran SOLE (Self Organized Learning Environment). Dalam pembelajaran juga diintegrasikan konsep nilai-nilai kearifan lokal Bali Tri Hita Karana dan profil pelajar Pancasila.

Model pembelajaran SOLE (Self Organized Learning Environment) memfokuskan proses pembelajaran mandiri oleh murid dengan mengoptimalkan perangkat pintar dan internet untuk belajar dan mencari materi secara mandiri. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah menciptakan iklim pembelajaran yang berpihak kepada murid dan membangun lingkungan belajar yang mandiri dan mendorong siswa untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya. SOLE mendorong murid untuk memiliki kompetensi berpikir kreatif (creative capability), kemampuan pemecahan masalah (problem solving capability), dan kemampuan berkomunikasi (communication capability). Pada prinsipnya model ini memfokuskan pada kemandirian dan inisiatif siswa untuk belajar dan menemukan sendiri jawaban atau solusi. Peran guru hanya sebagai stimulan, untuk memancing siswa berpikir, mencari dan mengelaborasi pengetahuan yang dimiliki dengan konteks yang sedang dibahas. Langkah-Langkah SOLE meliputi (1)  emberikan pertanyaan terkait materi, (2) mengorganisasikan siswa, (3) eksplorasi dan investigasi Siswa, (4) monitoring dari guru, (5) presentasi hasil eksplorasi dan investigasi, dan (6) evaluasi hasil presentasi.

 

Konsep Tri Hita Karana yang meliputi Parahyangan, Pawongan, dan Pelemahan, diintegrasikan dalam proses pembelajaran di kelas maupun kegiatan sekolah lainnya di luar kelas. Demikian juga dengan penumbuhan profil pelajar Pancasila, yaitu (1) Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, (2) Kreatif, (3) Gotong Royong, (4) Berkebhinekaan Global, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Mandiri. Profil pelajar Pancasila ini diupayakan sedapat mungkin ditumbuhkan melalui pembiasaan-pembiasaan dalam setiap program sekolah, di samping harus diintegrasikan tentunya dalam pembelajaran di kelas.

Jadi aksi nyata yang dilaksanakan adalah menerapkan model pembelajaran SOLE dengan memanfaatkan laboratorium maya, serta mengintegrasikan nilai-nilai Tri Hita Karana dan profil pelajar Pancasila.

 

D.  Hasil Aksi Nyata

Hasil aksi nyata yang didapatkan, yaitu pembelajaran berpusat pada murid mampu diwujudkan melalui pemanfaatan laboratorium maya dengan menggunakan model pembelajaran SOLE, serta mengintegrasikan nilai-nilai Tri Hita Karana dan penumbuhan profil pelajar Pancasila. Adapun keberhasilan aksi nyata ini, dapat dijelaskan melalui pemaparan hal-hal sebagai berikut.

1)  Mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) dan menghindari pembelajaran full ceramah.


Gambar 1. pembelajaran dalam kelompok kecil


Seperti tampak pada gambar 1, proses pembelajaran dengan model pembelajaran SOLE dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini mendorong proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan tentunya mengurangi pemberian ceramah pada murid. Dalam kelompok-kelompok kecil ini dilakukan kegiatan praktikum secara virtual dengan menggunakan laboratorium maya yang diakses melalui gadget masing-masing.

 

2)  Mulai belajar untuk menempatkan diri sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, memfasilitasi murid agar mereka sendiri yang berhasil mengkonstruksi pengetahuannya.


Gambar 2. Guru membimbing kerja kelompok murid


Dalam penerapan model pembelajaran SOLE murid diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi materi, baik dari buku maupun internet, serta melakukan praktikum virtual dengan laboratorium maya. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kendala dan hambatan dalam pembelajaran.

 

3)  Berupaya membumikan merdeka belajar, menumbuhkan kesadaran pada murid bahwa belajar bisa darimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Mereka bisa menggali informasi/pengetahuan dari berbagai bentuk sumber belajar, baik video, foto, teks, maupun lingkungan alam sekitar.

Gambar 3. Murid mengakses fitur laboratorium maya



Gambar 4. Tampilan laboratorium maya percobaan hukum hooke


Pemanfaatan laboratorium maya dalam kegiatan percobaan hukum hooke, ingin menunjukkan kepada murid bahwa belajar bisa darimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Dalam proses pembelajaran ditekankan bahwa begitu banyak sumber belajar yang bisa dieksplorasi secara mandiri oleh murid, khususnya dari internet.

 

4)  Mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan metode pembelajaran yang variatif.

Pembelajaran dengan model SOLE serta memanfaatkan laboratorium maya merupakan upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang bervariasi, menarik, dan bisa menyenangkan murid. Melalui kegiatan pembelajaran ini, murid dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada. Murid juga dilatih untuk berkolaborasi dalam kelompok-kelompok kecil, berbagi, dan saling membantu untuk membangun pengetahuan yang dituju.

 

5)  Menyisipkan pendidikan budi pekerti melalui konsep Tri Hita Karana sebagai kearifan budaya lokal yang sangat sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara

Tri Hita Karana adalah konsep yang mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa (Parahyangan), sesama manusia, dan lingkungan alam sekitar, dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan lahir bathin.

Gambar 5. Persembahyangan puja Trisandya


Gambar 6. Berdoa sebelum memulai dan mengakhiri pembelajaran


Implementasi Tri Hita Karana terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Seperti konsep Parahyangan dilakukan melalui persembahyangan puja Trisandya sebelum memulai pembelajaran dan sebelum pulang sekolah, kegiatan berdoa selalu dilakukan setiap memulai pelajaran dan mengakhirinya, demikian pula kegiatan persembahyangan pada hari-hari besar keagamaan yang dilaksanakan di sekolah.

Gambar 7. Kegiatan pembersihan di lingkungan kelas


Gambar 8. Menjaga kebersihan fasilitas sekolah


Menjaga kebersihan lingkungan merupakan contoh penerapan dari konsep palemahan. Untuk konsep pawongan, yaitu menjaga hubungan harmonis dengan sesama manusia contohnya adalah ketika belajar berkelompok murid bisa saling menghargai pendapat satu dengan lainnya. Demikian pula dimasa pandemi covid 19 ini, selalu memakai masker dan menjaga jarak, untuk saling melindungi antar sesama teman.


Gambar 9. Saling menjaga dengan tetap memakai masker dan jaga jarak

 

6)  Merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dapat mewujudkan profil pelajar pancasila, yaitu (1) Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, (2) Kreatif, (3) Gotong Royong, (4) Berkebhinekaan Global, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Mandiri.

Dalam menerapkan model pembelajaran SOLE melalui pemanfaatan laboratorium maya, setiap langkah pembelajarannya sudah berupaya menumbuhkan profil pelajar Pancasila. Kegiatan pembelajaran selalu diawali dan diakhiri dengan salam dan berdoa, untuk mewujudkan pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pemanfaatan laboratorium maya dalam melakukan percobaan hukum hooke, mendorong murid untuk kreatif dan bernalar kritis. Murid juga diajak untuk mampu membangun pengetahuannya secara mandiri, mengeksplorasi pengetahuan dari berbagai sumber, sehingga nilai pelajar mandiri bisa terwujud nantinya. Metode pembelajaran secara berkelompok, dimana anggota kelompok heterogen, merupakan upaya mewujudkan profil pelajar Pancasila yang bergotong royong dan berkebhinekaan global. Dengan demikian secara inplisit maupun ekplisit profil pelajar Pancasila sudah berupaya ditumbuhkan dan akan dilakukan berkelanjutan.

 

E.  Simpulan

Filosofi pembelajaran Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pembelajaran hendaknya berpusat pada murid, dimana guru menjadi fasilitator belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran juga tidak lupa harus dibangun budi pekerti yang luhur dari murid. Pemanfaatan laboratorium maya telah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid. Dimana untuk mendukungnya diterapkan model pembelajaran SOLE dan diintegrasikan nilai kearifan Tri Hita Karana serta penumbuhan profil pelajar Pancasila.

 

F.   Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yang dilakukan adalah terus merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dimana peran guru adalah sebagai penuntun kodrat alam murid sesuai dengan perkembangan kodrat zaman yang ada. Hal yang konkret yang akan terus dikembangkan ke depan adalah melaksanakan pembelajaran dengan model dan metode yang bervariasi, tetap memperhatikan keunggulan lokal yang dimiliki, serta tentunya tujuan akhirnya adalah mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Posting Komentar untuk "Aksi Nyata Modul 1.1 Filosifi Pendidikan Ki Hajar Dewantara"